Love story part 1

“Aku sudah bosan denganmu. Lebih baik kita putus.”
PLAK!!
“Memang itu yang kuinginkan! Dasar brengsek!”aku berlari meninggalkannya yang tampak terkejut. Masa bodoh! Aku sudah tak peduli lagi dengan si brengsek itu. Aku benar-benar membencinya!
Titik air mulai berjatuhan dan  lama-lama semakin deras. Aku masih terus berlari tapi pandangan mataku mulai kabur.

BRUK! PRAK!
“Aaaauu.. pantatku sakiiit..” aku terjatuh setelah menabrak seseorang.
“kau tak apa? Larimu kencang sekali, untung punggungku tidak patah.” Itu suara laki-laki. Aish, hari yang sial!
“maaf aku baik-baik saja. Tapi bias tolong carikan kacamataku?”
“kacamata? Baiklah.” Laki-laki itu celingukkan. “hei nona, apa tanpa kaca mata kau tak bisa melihat?”
“di siang hari masih bisa, tapi kalau malam pandanganku benar-benar kabur.”
“wah, gawat! Kacamata mu pecah saat kita tabrakan.”
“hah? Kau serius? Uuuh..” dadaku sesak, aku ingin menangis.
“hei, jangan menangis.” Laki-laki itu tampak kebinggungan. “ada nomer yang bisa dihubungi? Biar mereka yang menjemputmu.”


Aku menggeleng. “orang tuaku dinas ke luar kota. Aku tinggal di sini dengan oppa ku, tapi dia baru pulang besok karena ada kegiatan di kampusnya.”
“baiklah, aku akan mengantarmu pulang. Dari sini butuh berapa lama?”
“hmm.. sekitar setengah jam naik bis. Lalu turun di halte keempat.”
“ya ya.. kalau begitu kita berangkat sekarang.”
“tunggu! Kau benar-benar akan mengantarku pulang?” tanyaku merasa tak enak hati.
“aku kan yang memecahkan kacamatamu, sekarang aku akan menjadi pengganti matamu untuk sementara.” Katanya sambil tersenyum manis, saying sekali aku tak bisa melihatnya. Tangannya yang besar menggenggam erat tanganku. Dia dengan sabar menuntunku berjalan.

Di dalam bis aku lebih banyak diam. Aku teringat kata-kata Jung Sun tadi. Bisa-bisanya aku suka sama orang seperti dia. Apa mungkin karena kacamataku yang terlalu tebal? Menyebalkan!
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, tak sadar kalau dari awal laki-laki itu terus menatapku dengan tatapan yang lembut.
“dia terlihat manis tanpa kacamata.” Gumamnya sambil tersenyum.
Bis berhenti di halte keempat. Laki-laki itu menuntunku turun dari bis.
“terimakasih sudah mengantarku. Dari sini aku sudah hafal jalannya, jadi tak apa sampai disini saja.” Kataku sambil membungkuk.
“kau pikir aku akan membiarkanmu jalan sendirian malam-malam begini? Pokoknya aku antar sampai depan rumahmu.” Dia kembali menuntunku.
“eem.. maaf aku sudah merepotkan. Padahal aku yang salah sudah menabrakmu.”
“ya, kau memang merepotkan. Tiba-tiba saja menabrakku dari belakang. Untung saja tulangku baik-baik saja. Dan lagi, gara-gara kacamata mu pecah aku harus mengantarmu pulang.” Mendengar itu aku jadi merasa bersalah. Dia tersenyum, “tapi gara-gara kau, aku jadi terinspirasi untuk lagu baruku.”
Aku menoleh ke arahya. “kau serius?”
“tentu saja. Kau mau dengar?”
“mauuu .. eh, itu rumahku. Mau kubuatkan minum dulu?”
“tak usah, aku ingin kau mendengarnya sebelum masuk ke dalam.”
“baiklah.” Aku duduk di bangku taman menghadap kearahnya.
“lagu ini ku beri judul.. LOVE LIGHT.
Suara petikan gitar mengalun, suasana jadi terasa hangat..

Geudael bomyeon eolguri ppalgaejigo geudael bomyeon gaseumi dugeun dugeun
Aicheoreom sujupkiman hago
Geudael bomyeon gwaensiri useumi na babocheoreom jakkuman geurae
Ama naege sarangi on geonga bwa

Uh geudaeneun nae maeumsogui President nae gaseume byeoreul sunochi I’m Genie for you Girl nae sumeul meotke haji

Geudaega wonhaneun geonda neoreul saranghanikka
Nae sarangui iyuneun neojana You know
Geudaeneun darling bamhaneul byeolboda areumdawoyo
Nae maeum sok gipeun goseseo banjjakkeorineun namanui sarang bit

Geudaereul saranghaeyo darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo
Maeil bam barabogo barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit
Geudael bomyeon gureumeul naneun gibun yuchihaedo jakkuman geurae
Ama naege sarangi on geonga bwa

Geudaeneun darling bamhaneul byeolboda areumdawoyo
Nae maeum sok gipeun goseseo banjjakkeorineun namanui sarang bit
Geudaereul saranghaeyo darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo
Maeil bam barabogo barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit

Geudaeneun lovely jeo haneul haetsalboda nuni busyeoyo
Nae mam sok eodun gotkkaji balkke bichuneun namanui sarang bit
Geudaereul saranghaeyo lovely du nuneul gamabwado geudae boyeoyo
Ireoke barabogo barabwado nuni busyeoyo geudaen naui sarang bit..

“bagaimana?”
“perasaan yang dalam, aku suka lagu itu.” Laki-laki itu tersenyum mendengar jawabanku. “baiklah, lebih baik kau masuk ke dalam sudah malam.”
“eh, kau sudah mau pulang? Padahal belum ku buatkan minuman.”
“tidak, akan sangat berbahaya kalau kau membuatkan minum tanpa kacamatamu. Haha..” dia tertawa. “oh lupa! Siapa namamu?”
“eh? Lee Son Hye.”
“baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa Son Hye.” Aku melambaikan tangan, kulihat dengan samar laki-laki itu berjalan menjauh.
“dia baik sekali. Tapi kenapa aku lupa menanyakan namanya? Bodoh! Ah, sudahlah..”
Aku masuk ke dalam rumah dan langsung tertidur di atas sofa. Didalam mimpi aku bertemu dengan seorang yang sangat tampan. Dia menyanyikan sebuah lagu untukku.