Senin, 14 Januari 2013

My Star Light


Eunsoo POV
2 Januari 2009
Tengah malam, kurebahkan tubuhku di atap rumah tempat favorit kedua setelah kamar ku sendiri. Semilir angin menerpa wajahku lembut. Malam yang kelam tapi begitu banyak bintang berserakan di atas sana, seolah sengaja ditaburkan Tuhan untuk menemani malamku. Suara jangkrik bersahut-sahutan, menghasilkan simfoni syahdu yang membuatku semakin terhanyut dalam pesona malam.
Drrrrttt.. drrrrtt.. drrrrttt..
Lamunanku terhenti karena ponselku bergetar. Ku lirik layar LCD, ada satu pesan masuk. Aku tersenyum senang melihat nama Kim Sunggyu terpampang disana.
Sebelumnya maafkan aku, mulai besok aku akan pindah ke Jepang. Pagi-pagi sekali aku akan berangkat
DEG
Senyuman yang tadi terlihat telah sirna. Seketika akalku mengilang, jantungku berdetak tak karuan, tangan dan kakiku dingin, benar-benar kacau!



Drrrrttt.. drrrrtt.. drrrrttt.. drrrrttt..
Untuk yang kedua kalinya ponselku bergetar. Bukan pesan masuk, melainkan telfon dari Sunggyu. Aku berfikir sejenak, mengatur emosi yang tengah bergejolak. Kutekan tombol hijau diponsel dengan sedikit ragu.
“Yeoboseyo?” Ah, suara ini. Suara lembut yang selalu berdenggung di telingaku. Hatiku bergetar.
“Soo-ya kau disana?”
Aku tetap diam. Mulutku seakan terkunci, susah untuk sekedar menjawab pertanyaannya barusan. Air mataku mengalir. Ya, aku menangis.
“Kau menangis?”
“Kau jahat! Kenapa baru bilang sekarang?”  Suaraku berat, tenggorokanku seakan tercekik. Sakit! “Kau pernah janji tak akan meninggalkanku seperti Jonghyun. Kau jahat!”
Sunggyu terdiam sesaat.
“Mianhae, aku tak ingin kau menangis, makanya baru bilang sekarang.”
“Bodoh! Aku benci padamu! Tak peduli kapan kau akan memberitahuku, aku tetap akan menangis! Setidaknya beritahu aku jauh-jauh hari!”
“Ne, aku memang bodoh, tak mengerti perasaanmu. Mianhae..”
Air mata mengalir semakin deras. Kubenamkan wajah di kedua lutut untuk menopang kepalaku yang terasa semakin berat dengan tangan kanan menahan ponsel agar tetap di telinga. Hatiku teriris, perih, perih sekali! Aku belum siap untuk ditinggal sendirian.
Aku dan Sunggyu memang bukan sepasang kekasih, tapi kami saling mencintai. Ya, hanya sebatas itu, tak bisa lebih. Karena temanku, sekaligus sahabatku juga menyukainya. Inikah akibat dari menyukai namja yang disukai sahabat sendiri? Inikah karmaku?
“Soo-ya? Kumohon berhentilah menangis. Aku akan pulang ke Seoul sebulan sekali. Aku janji.”
“Sebulan sekali itu kapan?”
“Molla, tapi setiap pulang aku akan ke rumahmu. Geurae? Sekarang berhentilah menangis.” Nada bicaranya dibuat seceria mungkin. Tangis ku mulai reda mendengarnya.
“Tapi setidaknya kau katakan hal itu dari sore agar aku bisa bertemu denganmu sebelum kau berangkat.”
“Ne, mianhae. Apa perlu aku kerumahmu sekarang?”
“Andwae! Kau pikir ini jam berapa?”
Aku merutuki kata-kataku barusan. Sebenarnya aku ingin sekali bertemudengannya. Sekali saja, sebelum dia benar-benar pergi jauh. Tapi aku tak ingin egois, mana mungkin menyuruhnya datang selarut ini.
“Sudah lebih baik? Jangan menangis lagi.” Entah mengapa suaranya membuatku menangis lagi.
“Ya, kenapa menangis lagi?”
“Molla, suaramu menyebalkan.” Kataku sambil terisak. Ia tertawa, benar-benar menyebalkan! “Kalau kau tertawa terus, lebih baik tutup saja telfonnya. Aku tak mau tahu kalau kau bangun kesiangan.”
“Tak akan, sebelum kau berada di dalam kamar. Aku tau kau sekarang ada diatap.”
“Mwo? Darimana kau tau?”
“Insting..” Dia terkekeh.
Dadaku sesak, dia membuatku semakin tak bisa untuk merelakannya pergi.
“Sudah, tutup saja telfonnya..”
“Kau belum turun dari atap. Cepat turun!”
“Cih..”
Kumasukkan ponsel kedalam kantong hoody, berjalan perlahan menuruni tangga, masuk melewati jendela kamar dan merebahkan diri diatas kasur. Kuambil lagi ponsel dari dalam kantong.
“Cepat tutup!”
“Ne, setelah kau tidur.”
Dadaku kembali sesak, untuk kesekian kalinya aku menangis.
“Kau menangis lagi..”
“Ani, hanya perasaanmu saja.”
“Kalau begitu sekarang tidurlah.”
Sebenarnya aku juga sudah sangat lelah karena terlalu lama menangis. Kelopak mataku juga terasa berat setelah bekerja terlalu keras untuk mengeluarkan air mata. Beberapa saat nafasku masih sedikit tersengal, lama-lama semakin teratur dan aku terlelap.
***
5 Januari 2009
Ini hari pertama masuk di awal smester akhirku. Ya, sekarang aku sudah kelas 3. Untuk pertama kalinya kelas akan dibagi berdasarkan peringkat. Beruntungnya aku bisa mendapat peringkat 10 besar dan masuk di kelas D, kelas unggulan. Tapi dadaku kembali sesak setelah tau Sunggyu juga satu kelas denganku. Kalau saja dia tak pindah ke Jepang pasti akan sangat menyenangkan bisa terus sekelas dengannya selama 3 tahun.
“Yah, kita pisah.” Kata Jihyo yang baru saja datang sambil melihat pengumuman. “Kau enak bisa sekelas dengan Woonie dan Eunri. Ah, kau juga sekelas dengan Sunggyu. Bukannya katamu dia pindah ke Jepang?”
Jihyo, dia sahabat yang pernah ku ceritakan, dialah yang awalnya menyukai Sunggyu tapi tak berani menyampaikannya secara langsung. Beda denganku yang awalnya hanya menganggapnya sebagai teman dekat dan menyukainya karena pengaruh Jihyo. Ya, aku baru menyadari daya tariknya setelah Jihyo sering membicarakannya.
“Ya, kau sakit? Kenapa diam saja?”
Aku menggeleng. “Ani, hanya masih mengantuk. Sebentar lagi upacara, sebaiknya kita masuk ke kelas.” Aku meninggalkannya. Barusan aku sengaja menghindar,  aku sedang tak ingin membahas masalah Sunggyu dengannya.
Setelah malam itu aku tak bisa menghubunginya, Sunggyu juga tak menghubungiku. Duniaku seakan runtuh setelah salah satu tiang penopang tak lagi ditempat semula. Semangat dan keceriaanku yang biasanya juga ikut melebur bersama dunia ku.
Dari jauh sudah terdengar suara riuh dari dalam kelas, beginilah keadaan yang terjadi setelah 2 minggu tak bertemu. Kulangkahkan kaki ke dalam kelas baru dengan malas, berjalan ke bangku kosong yang masih tersisa. Didepan bangku ku adalah bangku Woonie dan Eunri. Tapi dimana mereka?
“Ya.” Seseorang mencolek pundakku. “Kalau tidak salah sebelumnya kau sekelas dengan Kim Sunggyu bukan?” Aku berbalik.
“Wae?” Ternyata Dongwoo. Murid pindahan yang baru masuk di  awal kelas 3.
“Dia belum datang?”
“Dia tak akan datang, dia baru saja pindah sekolah.” Dongwoo mengangguk mengerti.
Teeeetttt… teeeeetttttt…
Suara bel bergema ke seluruh sudut sekolah. Haaah, ini bukan hari yang tepat untuk upacara. Aku memutuskan beranjak dari bangku setelah kelas lumayan sepi. Begitu keluar kelas, Woohyun menghadangku.
“Kemarin Sabtu aku bertemu dengan Sunggyu di bandara.”
“Mwoyo?”
“Aku bertemu dengannya di Jepang.”
“So? Now i don’t need to hear that. Stop it, ok?” Woohyun tersenyum. Dia tau aku sedang terpuruk karena msalah itu. Bad boy! Kutinggalkan namja itu dengan kesal. Menuruni anak tangga dengan tergesa dan masuk kedalam barisan.
“Soo-ya.” Lagi-lagi ada yang memanggilku. Kulirik namja dikanan ku dengan enggan, Sungyeol tersenyum, aku punya firasat buruk.
“Kau tau? Sunggyu pindah ke Jepang.”
“Shut up! Close you’re mouth atau kuhajar kau!” Dia tertawa renyah karena berhasil membuatku hampir gila! Sekarang aku benar-benar bad mood!
Baiklah, Woohyun dan Sungyeol memang teman dekat Sunggyu. Mereka juga yang paling tau keadaanku dan Sunggyu. Dan sayangnya terkadang mulut mereka tak bisa diatur, berbicara semaunya.
“Soo-ya.” Lagi-lagi Sungyeol memanggil dengan menarik lengan bajuku.
“Waeeeee????” Emosiku sudah pada puncak. Kulihat dia menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya ke lantai 2 gedung sekolah.
DEG
Perasaan senang, rindu, marah, sedih, sebal, semuanya mencoba memenuhi hatiku. Setelah melihat sosoknya yang sedikit berlari menuju kelas sambil terus tersenyum kearahku. Mulutku bergetar, ingin rasanya menangis dan berteriak sekencang-kencangnya tapi ku urungkan. Aku bersyukur, Sunggyu, namja yang sangat ku sayangi tak jadi pergi jauh. Aku benar-benar bersyukur!
Eunsoo POV End
***
Sunggyu POV
Aku melihatnya di lapangan sekolah, dengan wajah merah padam. Sejujurnya aku tak tega, tapi aku suka reaksinya saat melihatku barusan. Eunsoo, mianhae.. Saat itu aku hanya mengikuti saran Woohyun dan Sungyeol untuk mengerjaimu. Tapi tak disangka saat itu kau menangis. Aku jadi benar-benar merasa bersalah. Sedangkan orang-orang itu, pada saat aku menelfonmu ada dihadapanku, tertawa tepingkal-pingkal tanpa suara. Mereka senang rencananya berhasil. Benar-benar tidak berperasaan.
Karena tak tahan melihat mereka, aku memutuskan naik ke atap, tempat favoritmu saat bintang-bintang terlihat menyilaukan. Aku menyimak tiap kata yang kau ucapkan, penuh emosi. Suara tangis dan tarikan nafasmu yang tersendat meyakinkanku, bahwa kau benar-benar mencintaiku. Ya, aku yakin itu.
Sekali lagi mianhae.. telah membuatmu mengeluarkan banyak air mata. Dan mulai saat ini aku akan melakukan apapun untuk mengganti tiap butir air mata yang menetes. Aku akan berusaha lebih keras lagi agar kau bahagia. Dan aku juga sudah siap menerima segala resiko dari perbuatanku. Pegang janjiku. Saranghae..
Sunggyu POV End
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar